"Senja di Pelabuhan"
Langit senja di pelabuhan itu tampak memudar, warnanya jingga bercampur ungu. Angin laut berhembus sepoi-sepoi, membawa aroma asin dan suara deburan ombak yang tenang. Di bangku kayu dekat dermaga, seorang lelaki tua duduk termenung, matanya menatap jauh ke arah lautan. Ia adalah Pak Budi, seorang nelayan yang telah puluhan tahun mengarungi lautan.
Hari ini, ia tidak melaut. Perahunya rusak, diterjang ombak besar kemarin sore. Pak Budi tidak punya uang untuk memperbaikinya. Ia hanya bisa duduk termenung, memikirkan bagaimana cara menghidupi keluarganya.
Tiba-tiba, seorang anak kecil datang menghampirinya. "Pak, kenapa Bapak diam saja?" tanya anak itu.
Pak Budi tersenyum, "Bapak sedang memikirkan sesuatu, Nak."
"Memikirkan apa, Pak?"
"Memikirkan bagaimana cara mencari rezeki," jawab Pak Budi.
Anak itu mengangguk-angguk, "Oh, saya tahu, Pak. Bapak bisa mencari ikan di sini saja, Pak. Banyak orang yang memancing di sini, Pak."
Pak Budi terdiam sejenak, "Iya, Nak. Terima kasih atas sarannya."
Anak itu tersenyum, lalu berlari menjauh. Pak Budi kembali menatap lautan. Ia melihat beberapa orang sedang memancing di dekatnya. Tiba-tiba, ia teringat sesuatu. Ia punya jaring kecil di rumah. Mungkin ia bisa menggunakannya untuk mencari ikan di sekitar pelabuhan.
Pak Budi tersenyum. Ia tidak lagi putus asa. Ia tahu, Tuhan tidak akan pernah meninggalkannya.
Pesan moral yang tepat dari cerpen di atas adalah...