
LATIHAN SOAL ASESMEN SUMATIF
Quiz
•
World Languages
•
2nd Grade
•
Practice Problem
•
Hard
HAMIDA HAMIDA
Used 10+ times
FREE Resource
Enhance your content in a minute
35 questions
Show all answers
1.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
30 sec • 2 pts
Bacalah kutipan artikel ilmiah populer berikut dengan saksama! Bangga Berbahasa Indonesia, Haruskah Menjadi Retorika Belaka? (1) Bangga berbahasa Indonesia tidak lagi sekadar retorika yang dikaitkan dengan momentum Bulan Bahasa, tetapi benar-benar menjadi tradisi dan budaya yang menyatu ke dalam kesejatian diri bangsa sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Sikap bangga terhadap Bahasa Indonesia (BI) perlu terus dihidupkan dan dikembangkan secara dinamis sebagai perekat nilai kerukunan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Beruntung bangsa kita memiliki bahasa nasional yang telah mampu menyatukan sekitar 1.128 suku bangsa yang tersebar di berbagai penjuru nusantara yang terbukti telah mampu menjalankan fungsinya sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (3) Fenomena budaya yang mengerdilkan dan mengebiri BI pun kini ditengarai sudah mulai bermunculan. Banyak orang yang mulai dihinggapi terhormat, dan terpelajar apabila dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulisan, menggunakan setumpuk istilah asing, meskipun sudah ada padanannya dalam BI. (4) Hal yang lebih memprihatinkan, berbagai jenis “pelanggaran”, mulai dari yang menyangkut aspek fonologi, morfologi, sintaksis, hingga wacana masih sering terjadi. Tidak saja dikalangan masyarakat biasa, tetapi juga mereka yang seharusnya secara sosial menjadi panutan dan secara psikologis tidak perlu melanggarnya. Bahkan, sejak reformasi bergulir, marak terjadi. Para pejabat maupun kaum intelektual makin nihil terhadap penggunaan Bl secara baik dan benar. Tidak jarang kita mendengar bahasa para pejabat yang rancu dan payah kosakatanya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam penafsiran. Tidak sedikit pula kita mendengar tokoh- tokoh publik yang begitu mudah melakukan manipulasi bahasa sesuai dengan selera mereka sendiri, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah bahasa, baik dari aspek struktur maupun semantiknya. Jika kondisi semacam itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin sikap bangga terhadap bahasa nasional dan upaya penggunaan Bl secara baik dan benar akan terapung-apung dalam bentangan slogan dan retorika belaka. (5) Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya dan kebiasaan masyarakat penutur dalam setiap fase peradaban. Bahasa akan terus berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan peradaban itu sendiri. Melalui bahasa, manusia mampu berkomunikasi dan mengekspresikan pemikiran-pemikiran kreatif, baik dalam bentuk wacana lisan maupun tulisan, sehingga mampu berkiprah dalam melahirkan "sejarah" baru yang sesuai dengan semangat zamannya. Dalam situasi demikian, kita sangat membutuhkan keteladanan kaum elite negeri ini dalam berbahasa Indonesia di ruang-ruang publik. Selain itu, upaya pemasyarakatan kaidah bahasa Indonesia perlu terus digalakkan dan digencarkan agar bisa dijadikan sebagai rujukan utama dalam berbahasa, baik dalam ragam lisan maupun tulisan. (6) Jangan sampai terjadi, nasib BI akan menjadi "tamu di rumah sendiri. Makin banyak orang asing yang justru tertarik dan berbondong-bondong untuk belajar BI. Sementara itu, kita sendiri sebagai "pemangku bahasa" utama cenderung cuek dalam menggunakan BI secara baik dan benar, bahkan (nyaris) kehilangan sikap bangga terhadap bahasa nasionalnya sendiri. Topik yang dibahas dalam artikel ilmiah populer tersebut adalah ...
2.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
30 sec • 2 pts
Bacalah kutipan artikel ilmiah populer berikut dengan saksama! Bangga Berbahasa Indonesia, Haruskah Menjadi Retorika Belaka? (1) Bangga berbahasa Indonesia tidak lagi sekadar retorika yang dikaitkan dengan momentum Bulan Bahasa, tetapi benar-benar menjadi tradisi dan budaya yang menyatu ke dalam kesejatian diri bangsa sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Sikap bangga terhadap Bahasa Indonesia (BI) perlu terus dihidupkan dan dikembangkan secara dinamis sebagai perekat nilai kerukunan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Beruntung bangsa kita memiliki bahasa nasional yang telah mampu menyatukan sekitar 1.128 suku bangsa yang tersebar di berbagai penjuru nusantara yang terbukti telah mampu menjalankan fungsinya sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (3) Fenomena budaya yang mengerdilkan dan mengebiri BI pun kini ditengarai sudah mulai bermunculan. Banyak orang yang mulai dihinggapi terhormat, dan terpelajar apabila dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulisan, menggunakan setumpuk istilah asing, meskipun sudah ada padanannya dalam BI. (4) Hal yang lebih memprihatinkan, berbagai jenis “pelanggaran”, mulai dari yang menyangkut aspek fonologi, morfologi, sintaksis, hingga wacana masih sering terjadi. Tidak saja dikalangan masyarakat biasa, tetapi juga mereka yang seharusnya secara sosial menjadi panutan dan secara psikologis tidak perlu melanggarnya. Bahkan, sejak reformasi bergulir, marak terjadi. Para pejabat maupun kaum intelektual makin nihil terhadap penggunaan Bl secara baik dan benar. Tidak jarang kita mendengar bahasa para pejabat yang rancu dan payah kosakatanya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam penafsiran. Tidak sedikit pula kita mendengar tokoh- tokoh publik yang begitu mudah melakukan manipulasi bahasa sesuai dengan selera mereka sendiri, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah bahasa, baik dari aspek struktur maupun semantiknya. Jika kondisi semacam itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin sikap bangga terhadap bahasa nasional dan upaya penggunaan Bl secara baik dan benar akan terapung-apung dalam bentangan slogan dan retorika belaka. (5) Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya dan kebiasaan masyarakat penutur dalam setiap fase peradaban. Bahasa akan terus berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan peradaban itu sendiri. Melalui bahasa, manusia mampu berkomunikasi dan mengekspresikan pemikiran-pemikiran kreatif, baik dalam bentuk wacana lisan maupun tulisan, sehingga mampu berkiprah dalam melahirkan "sejarah" baru yang sesuai dengan semangat zamannya. Dalam situasi demikian, kita sangat membutuhkan keteladanan kaum elite negeri ini dalam berbahasa Indonesia di ruang-ruang publik. Selain itu, upaya pemasyarakatan kaidah bahasa Indonesia perlu terus digalakkan dan digencarkan agar bisa dijadikan sebagai rujukan utama dalam berbahasa, baik dalam ragam lisan maupun tulisan. (6) Jangan sampai terjadi, nasib BI akan menjadi "tamu di rumah sendiri. Makin banyak orang asing yang justru tertarik dan berbondong-bondong untuk belajar BI. Sementara itu, kita sendiri sebagai "pemangku bahasa" utama cenderung cuek dalam menggunakan BI secara baik dan benar, bahkan (nyaris) kehilangan sikap bangga terhadap bahasa nasionalnya sendiri. Bagian pendahuluan dalam artikel tersebut terdapat pada paragraf ...
3.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
30 sec • 2 pts
Bacalah kutipan artikel ilmiah populer berikut dengan saksama! Bangga Berbahasa Indonesia, Haruskah Menjadi Retorika Belaka? (1) Bangga berbahasa Indonesia tidak lagi sekadar retorika yang dikaitkan dengan momentum Bulan Bahasa, tetapi benar-benar menjadi tradisi dan budaya yang menyatu ke dalam kesejatian diri bangsa sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Sikap bangga terhadap Bahasa Indonesia (BI) perlu terus dihidupkan dan dikembangkan secara dinamis sebagai perekat nilai kerukunan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Beruntung bangsa kita memiliki bahasa nasional yang telah mampu menyatukan sekitar 1.128 suku bangsa yang tersebar di berbagai penjuru nusantara yang terbukti telah mampu menjalankan fungsinya sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (3) Fenomena budaya yang mengerdilkan dan mengebiri BI pun kini ditengarai sudah mulai bermunculan. Banyak orang yang mulai dihinggapi terhormat, dan terpelajar apabila dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulisan, menggunakan setumpuk istilah asing, meskipun sudah ada padanannya dalam BI. (4) Hal yang lebih memprihatinkan, berbagai jenis “pelanggaran”, mulai dari yang menyangkut aspek fonologi, morfologi, sintaksis, hingga wacana masih sering terjadi. Tidak saja dikalangan masyarakat biasa, tetapi juga mereka yang seharusnya secara sosial menjadi panutan dan secara psikologis tidak perlu melanggarnya. Bahkan, sejak reformasi bergulir, marak terjadi. Para pejabat maupun kaum intelektual makin nihil terhadap penggunaan Bl secara baik dan benar. Tidak jarang kita mendengar bahasa para pejabat yang rancu dan payah kosakatanya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam penafsiran. Tidak sedikit pula kita mendengar tokoh- tokoh publik yang begitu mudah melakukan manipulasi bahasa sesuai dengan selera mereka sendiri, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah bahasa, baik dari aspek struktur maupun semantiknya. Jika kondisi semacam itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin sikap bangga terhadap bahasa nasional dan upaya penggunaan Bl secara baik dan benar akan terapung-apung dalam bentangan slogan dan retorika belaka. (5) Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya dan kebiasaan masyarakat penutur dalam setiap fase peradaban. Bahasa akan terus berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan peradaban itu sendiri. Melalui bahasa, manusia mampu berkomunikasi dan mengekspresikan pemikiran-pemikiran kreatif, baik dalam bentuk wacana lisan maupun tulisan, sehingga mampu berkiprah dalam melahirkan "sejarah" baru yang sesuai dengan semangat zamannya. Dalam situasi demikian, kita sangat membutuhkan keteladanan kaum elite negeri ini dalam berbahasa Indonesia di ruang-ruang publik. Selain itu, upaya pemasyarakatan kaidah bahasa Indonesia perlu terus digalakkan dan digencarkan agar bisa dijadikan sebagai rujukan utama dalam berbahasa, baik dalam ragam lisan maupun tulisan. (6) Jangan sampai terjadi, nasib BI akan menjadi "tamu di rumah sendiri. Makin banyak orang asing yang justru tertarik dan berbondong-bondong untuk belajar BI. Sementara itu, kita sendiri sebagai "pemangku bahasa" utama cenderung cuek dalam menggunakan BI secara baik dan benar, bahkan (nyaris) kehilangan sikap bangga terhadap bahasa nasionalnya sendiri. Pernyataan berikut yang tidak sesuai dengan isi bagian pendahuluan adalah ...
4.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
30 sec • 2 pts
Bacalah kutipan artikel ilmiah populer berikut dengan saksama! Bangga Berbahasa Indonesia, Haruskah Menjadi Retorika Belaka? (1) Bangga berbahasa Indonesia tidak lagi sekadar retorika yang dikaitkan dengan momentum Bulan Bahasa, tetapi benar-benar menjadi tradisi dan budaya yang menyatu ke dalam kesejatian diri bangsa sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Sikap bangga terhadap Bahasa Indonesia (BI) perlu terus dihidupkan dan dikembangkan secara dinamis sebagai perekat nilai kerukunan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Beruntung bangsa kita memiliki bahasa nasional yang telah mampu menyatukan sekitar 1.128 suku bangsa yang tersebar di berbagai penjuru nusantara yang terbukti telah mampu menjalankan fungsinya sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (3) Fenomena budaya yang mengerdilkan dan mengebiri BI pun kini ditengarai sudah mulai bermunculan. Banyak orang yang mulai dihinggapi terhormat, dan terpelajar apabila dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulisan, menggunakan setumpuk istilah asing, meskipun sudah ada padanannya dalam BI. (4) Hal yang lebih memprihatinkan, berbagai jenis “pelanggaran”, mulai dari yang menyangkut aspek fonologi, morfologi, sintaksis, hingga wacana masih sering terjadi. Tidak saja dikalangan masyarakat biasa, tetapi juga mereka yang seharusnya secara sosial menjadi panutan dan secara psikologis tidak perlu melanggarnya. Bahkan, sejak reformasi bergulir, marak terjadi. Para pejabat maupun kaum intelektual makin nihil terhadap penggunaan Bl secara baik dan benar. Tidak jarang kita mendengar bahasa para pejabat yang rancu dan payah kosakatanya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam penafsiran. Tidak sedikit pula kita mendengar tokoh- tokoh publik yang begitu mudah melakukan manipulasi bahasa sesuai dengan selera mereka sendiri, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah bahasa, baik dari aspek struktur maupun semantiknya. Jika kondisi semacam itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin sikap bangga terhadap bahasa nasional dan upaya penggunaan Bl secara baik dan benar akan terapung-apung dalam bentangan slogan dan retorika belaka. (5) Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya dan kebiasaan masyarakat penutur dalam setiap fase peradaban. Bahasa akan terus berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan peradaban itu sendiri. Melalui bahasa, manusia mampu berkomunikasi dan mengekspresikan pemikiran-pemikiran kreatif, baik dalam bentuk wacana lisan maupun tulisan, sehingga mampu berkiprah dalam melahirkan "sejarah" baru yang sesuai dengan semangat zamannya. Dalam situasi demikian, kita sangat membutuhkan keteladanan kaum elite negeri ini dalam berbahasa Indonesia di ruang-ruang publik. Selain itu, upaya pemasyarakatan kaidah bahasa Indonesia perlu terus digalakkan dan digencarkan agar bisa dijadikan sebagai rujukan utama dalam berbahasa, baik dalam ragam lisan maupun tulisan. (6) Jangan sampai terjadi, nasib BI akan menjadi "tamu di rumah sendiri. Makin banyak orang asing yang justru tertarik dan berbondong-bondong untuk belajar BI. Sementara itu, kita sendiri sebagai "pemangku bahasa" utama cenderung cuek dalam menggunakan BI secara baik dan benar, bahkan (nyaris) kehilangan sikap bangga terhadap bahasa nasionalnya sendiri. Pokok pikiran berikut yang sesuai dengan bagian isi dalam artikel tersebut adalah ...
5.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
30 sec • 2 pts
Bacalah kutipan artikel ilmiah populer berikut dengan saksama! Bangga Berbahasa Indonesia, Haruskah Menjadi Retorika Belaka? (1) Bangga berbahasa Indonesia tidak lagi sekadar retorika yang dikaitkan dengan momentum Bulan Bahasa, tetapi benar-benar menjadi tradisi dan budaya yang menyatu ke dalam kesejatian diri bangsa sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Sikap bangga terhadap Bahasa Indonesia (BI) perlu terus dihidupkan dan dikembangkan secara dinamis sebagai perekat nilai kerukunan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (2) Beruntung bangsa kita memiliki bahasa nasional yang telah mampu menyatukan sekitar 1.128 suku bangsa yang tersebar di berbagai penjuru nusantara yang terbukti telah mampu menjalankan fungsinya sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (3) Fenomena budaya yang mengerdilkan dan mengebiri BI pun kini ditengarai sudah mulai bermunculan. Banyak orang yang mulai dihinggapi terhormat, dan terpelajar apabila dalam peristiwa tutur sehari-hari, baik dalam ragam lisan maupun tulisan, menggunakan setumpuk istilah asing, meskipun sudah ada padanannya dalam BI. (4) Hal yang lebih memprihatinkan, berbagai jenis “pelanggaran”, mulai dari yang menyangkut aspek fonologi, morfologi, sintaksis, hingga wacana masih sering terjadi. Tidak saja dikalangan masyarakat biasa, tetapi juga mereka yang seharusnya secara sosial menjadi panutan dan secara psikologis tidak perlu melanggarnya. Bahkan, sejak reformasi bergulir, marak terjadi. Para pejabat maupun kaum intelektual makin nihil terhadap penggunaan Bl secara baik dan benar. Tidak jarang kita mendengar bahasa para pejabat yang rancu dan payah kosakatanya, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dalam penafsiran. Tidak sedikit pula kita mendengar tokoh- tokoh publik yang begitu mudah melakukan manipulasi bahasa sesuai dengan selera mereka sendiri, tanpa memperhatikan kaidah-kaidah bahasa, baik dari aspek struktur maupun semantiknya. Jika kondisi semacam itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin sikap bangga terhadap bahasa nasional dan upaya penggunaan Bl secara baik dan benar akan terapung-apung dalam bentangan slogan dan retorika belaka. (5) Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya dan kebiasaan masyarakat penutur dalam setiap fase peradaban. Bahasa akan terus berkembang secara dinamis seiring dengan perkembangan peradaban itu sendiri. Melalui bahasa, manusia mampu berkomunikasi dan mengekspresikan pemikiran-pemikiran kreatif, baik dalam bentuk wacana lisan maupun tulisan, sehingga mampu berkiprah dalam melahirkan "sejarah" baru yang sesuai dengan semangat zamannya. Dalam situasi demikian, kita sangat membutuhkan keteladanan kaum elite negeri ini dalam berbahasa Indonesia di ruang-ruang publik. Selain itu, upaya pemasyarakatan kaidah bahasa Indonesia perlu terus digalakkan dan digencarkan agar bisa dijadikan sebagai rujukan utama dalam berbahasa, baik dalam ragam lisan maupun tulisan. (6) Jangan sampai terjadi, nasib BI akan menjadi "tamu di rumah sendiri. Makin banyak orang asing yang justru tertarik dan berbondong-bondong untuk belajar BI. Sementara itu, kita sendiri sebagai "pemangku bahasa" utama cenderung cuek dalam menggunakan BI secara baik dan benar, bahkan (nyaris) kehilangan sikap bangga terhadap bahasa nasionalnya sendiri. Pernyataan berikut yang sesuai dengan isi bagian penutup dalam artikel tersebut adalah ...
6.
MULTIPLE SELECT QUESTION
30 sec • 4 pts
Pilihlah dua jawaban benar diantara semua pilihan jawaban. Cermati teks berikut! Laporan ini menyajikan hasil observasi mengenai keberagaman flora di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dari hasil pengamatan, ditemukan lebih dari 300 spesies tanaman yang hidup di kawasan ini, termasuk beberapa spesies langka dan dilindungi seperti Raflesia arnoldii dan Edelweiss. Keberagaman ini dapat dipengaruhi oleh faktor iklim, ketinggian, dan kondisi tanah. Beberapa spesies tanaman digunakan oleh masyarakat sekitar untuk pengobatan tradisional. Selain itu, ada pula flora endemik yang hanya dapat ditemukan di kawasan ini. Berdasarkan teks laporan hasil observasi tentang flora di Taman Nasional Gunung Gede ... Pilih 2 jawaban yang tepat!
7.
MULTIPLE SELECT QUESTION
30 sec • 4 pts
Pilihlah dua jawaban benar diantara semua pilihan jawaban. Cermati teks berikut! Laporan ini menyajikan hasil observasi mengenai keberagaman flora di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dari hasil pengamatan, ditemukan lebih dari 300 spesies tanaman yang hidup di kawasan ini, termasuk beberapa spesies langka dan dilindungi seperti Raflesia arnoldii dan Edelweiss. Keberagaman ini dapat dipengaruhi oleh faktor iklim, ketinggian, dan kondisi tanah. Beberapa spesies tanaman digunakan oleh masyarakat sekitar untuk pengobatan tradisional. Selain itu, ada pula flora endemik yang hanya dapat ditemukan di kawasan ini. Manakah dari pernyataan berikut yang sesuai dengan isi teks laporan hasil observasi tentang keberagaman flora? Pilih 2 jawaban yang tepat!
Create a free account and access millions of resources
Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports

Continue with Google

Continue with Email

Continue with Classlink

Continue with Clever
or continue with

Microsoft
%20(1).png)
Apple
Others
Already have an account?
Similar Resources on Wayground
30 questions
Penilaian Assesment Daring Bahasa Indonesia Kelas 7A
Quiz
•
1st - 3rd Grade
30 questions
bahasa arab, perlengkapan untuk sekolah
Quiz
•
2nd - 6th Grade
35 questions
REVIEW BAHASA P2 SA 4
Quiz
•
2nd Grade
30 questions
LATIHAN SOAL PPKn BAB 1 Kls 5
Quiz
•
1st - 5th Grade
30 questions
UH - Bahasa Indonesia Kls 5 - Surat Undangan
Quiz
•
1st - 5th Grade
34 questions
Kuis TPK X TO 2
Quiz
•
2nd Grade - University
30 questions
Kata kerja
Quiz
•
1st - 5th Grade
35 questions
Kotoba SSW part 2
Quiz
•
2nd Grade
Popular Resources on Wayground
10 questions
Honoring the Significance of Veterans Day
Interactive video
•
6th - 10th Grade
9 questions
FOREST Community of Caring
Lesson
•
1st - 5th Grade
10 questions
Exploring Veterans Day: Facts and Celebrations for Kids
Interactive video
•
6th - 10th Grade
19 questions
Veterans Day
Quiz
•
5th Grade
14 questions
General Technology Use Quiz
Quiz
•
8th Grade
25 questions
Multiplication Facts
Quiz
•
5th Grade
15 questions
Circuits, Light Energy, and Forces
Quiz
•
5th Grade
19 questions
Thanksgiving Trivia
Quiz
•
6th Grade
