UTS BK DI SEKOLAH MENENGAH

UTS BK DI SEKOLAH MENENGAH

University

5 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

P12 - Ketahanan Nasional dan Bela Negara

P12 - Ketahanan Nasional dan Bela Negara

University

10 Qs

Peran dan Fungsi Pers

Peran dan Fungsi Pers

University

10 Qs

Kuis #01 Riset Media - Komunikasi Massa

Kuis #01 Riset Media - Komunikasi Massa

University

10 Qs

Quiz Akuntansi Manajemen 1

Quiz Akuntansi Manajemen 1

University

10 Qs

Life Saving Rules & Comply and Intervene Quiz Session 4

Life Saving Rules & Comply and Intervene Quiz Session 4

1st Grade - Professional Development

10 Qs

Psi Sekolah Abad 21

Psi Sekolah Abad 21

University

10 Qs

Pendidikan IPS di SD Modul 4, 5, 6

Pendidikan IPS di SD Modul 4, 5, 6

University

10 Qs

QUIZ #1 ANALISIS JABATAN

QUIZ #1 ANALISIS JABATAN

University

10 Qs

UTS BK DI SEKOLAH MENENGAH

UTS BK DI SEKOLAH MENENGAH

Assessment

Quiz

Social Studies

University

Easy

Created by

Aminah Aminah

Used 6+ times

FREE Resource

5 questions

Show all answers

1.

OPEN ENDED QUESTION

2 mins • 20 pts

Karakteristik peserta didik/konseli Sekolah Menengah diartikan sebagai ciri-ciri yang melekat pada peserta didik/konseli yang bersifat khas dan membedakannya dengan peserta didik/konseli pada satuan pendidikan lainnya. Karakteristik peserta didik/konseli Sekolah Menengah yang perlu dipahami meliputi aspek-aspek apa saja

Evaluate responses using AI:

OFF

Answer explanation

aspek Fisik, aspek kognitif, aspek sosial, aspek emosi, aspek moral, aspek relegius

2.

OPEN ENDED QUESTION

5 mins • 20 pts

Jelaskan perbedaan aspek-aspek karakteristik siswa di SMP dengan siswa di SMA

Evaluate responses using AI:

OFF

Answer explanation

1.     Aspek Fisik

Peserta didik/konseli SMA berada pada masa remaja madya yang telah mencapai kematangan fisik diantaranya: perubahan bentuk tubuh, ukuran, tinggi, berat badan, dan proporsi muka serta badan yang tidak lagi menggambarkan anak-anak. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya fisik khas laki-laki dan perempuan. Perkembangan fisik yang telah sempurna diiringi dengan perkembangan psikoseksual dengan kematangan organ-organ seksualnya. Mereka menjadi lebih memberikan perhatian terhadap penampilan fisiknya serta mulai tertarik pada lawan jenisnya.


2.     Aspek Kognitif

Perkembangan pemikiran peserta didik/konseli mulai menunjukkan kemampuan berpikir logis yang lebih baik. Mereka mulai mampu berfikir yang menghubungkan sebab dan akibat dari kejadian-kejadian di lingkungannya. Pemahaman terhadap diri serta lingkungannya mulai lebih meluas dan mendalam. Mereka cenderung berfikir secara ideal, sehingga seringkali mengkritisi maupun menentang pemikiran orang dewasa. Walaupun mereka memiliki argumentasi-argumentasi pemikiran yang berkembang, namun juga sering merasa ragu-ragu sehubungan dengan keterbatasan pengalaman yang dimilikinya. Peserta didik/konseli juga menampakkan egosentrisme berfikir, yang menganggap dirinya benar serta cenderung menentang pemikiran orang dewasa maupun aturan-aturan di lingkungannya.

3.     Aspek Sosial

Pada aspek sosial, peserta didik/konseli mulai tumbuh kemampuan memahami orang lain. Kemampuan ini mendorongnya menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya. Mereka menjalin hubungan pertemanan yang erat dan menciptakan identitas kelompok yang khas. Hubungan kelompok sebaya lebih menguat serta cenderung meninggalkan keluarga. Orang tua merasa kurang diperhatikan. Masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap konformitas, yaitu kecenderungan untuk: meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau keinginan orang lain. Perkembangan konformitas dapat berdampak positif atau negatif, tergantung kepada kualitas kelompok dimana konformitas itu dilakukan. Ada beberapa sikap yang sering ditampilkan peserta didik/konseli antara lain: kompetisi atau persaingan, konformitas, menarik perhatian, menentang  otoritas, sering menolak aturan dan campur tangan orang dewasa dalam hal urusan-urusan pribadinya. Kondisi ini mengakibatkan pandangan negatif masyarakat pada peserta didik di kelompok usia tersebut.

4.     Aspek Emosi

Peserta didik/konseli SMA merupakan kelompok usia remaja digambarkan dalam keadaan yang tidak menentu, tidak stabil, dan emosi yang meledak-ledak. Meningginya emosi terjadi karena adanya tekanan tuntutan sosial terhadap peran-peran baru selayaknya orang dewasa. Kondisi ini dapat memicu masalah, seperti kesulitan belajar, penyalahgunaan obat, dan perilaku menyimpang. Remaja yang sering mengalami emosi yang negatif cenderung


memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun peserta didik mulai belajar mengendalikan emosinya. Pada masa remaja ini juga terjadi perkembangan emosi terhadap lawan jenis. Dengan matangnya hormon seksual, mereka mulai merasakan ketertarikan dan  memberikan perhatian khusus pada lawan jenis. Pada umumnya mereka tumbuh rasa jatuh cinta yang terkadang berlanjut sampai pacaran. Bagi remaja yang kurang memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control), perilaku pacaran ini dapat berlanjut ke pergaulan bebas (free-sex).

5.      Aspek Moral

Melalui pengalaman berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas peserta didik/konseli SMA sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak atau remaja awal. Mereka sudah lebih mengenal nilai-nilai moral atau konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Peserta didik/konseli sudah dapat menginternalisasikan penilaian-penilaian moral dan menjadikannya sebagai nilai pribadi. Pertimbangan moral yang diinternalisai peserta didik bukan lagi karena dorongan orang lain atau perintah orang tua namun karena keinginan  dari hati dan merupakan pilihannya.Peserta didik berperilaku bukan hanya untuk  memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga aspek psikis, seperti rasa senang dengan adanya penerimaan, pengakuan, atau penilaian positif dari teman sebaya atau orang lain tentang perbuatannya.

6.         Aspek Religius

Pada tahap usia ini, peserta didik sudah lebih matang dalam meyakini dan melakukan ibadah sesuai aturan agamanya. Dalam kehidupan beragama, peserta didik sudah melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Peserta didik sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya (ada yang taat dan ada yang tidak taat). Kegiatan ibadah yang dilakukan bukan lagi berdasar dogma semata, melainkan berdasar kesadaran diri untuk menjalankan perintah agama. Dalam mewujudkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu, maka peserta didik seharusnya mengamalkan nilai-nilai akidah, ibadah, dan akhlakul karimah dalam kehidupannya sehari-hari.

1.   Aspek religius

Aspek religius berkaitan dengan keyakinan dan pengakuan individu terhadap kekuatan di luar dirinya yang mengatur kehidupan manusia. Pada masa sebelum SMP, peserta didik menerima keyakinan-keyakinan tersebut secara dogmatis. Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, peserta didik/konseli SMP sering  mempersoalkan  religiusitas  yang sebelumnya telah diyakini dan dipegang teguh. Akibatnya,  banyak  remaja  mempersoalkan


 

 

kembali keyakinan keagamaan mereka, mengalami penurunan ibadah akibat keraguan atas keyakinan sebelumnya. Di sisi lain, keraguan ini pada beberapa peserta didik SMP mendorong mereka lebih giat mencari informasi dan menguji kembali kebenaran yang mereka yakini.

2.   Aspek moral

Moralitas berisi kemampuan peserta didik membuat pertimbangan tentang baik-buruk, benar-salah, boleh atau tidak boleh dalam melakukan sesuatu. Aspek ini sangat terkait dengan perkembangan kognitif. Karena aspek kognitif remaja berkembang sangat pesat, maka moralitas remaja juga mengalami perubahan cukup mendasar  dibandingkan  pada masa kanak-kanak. Oleh karena itu, peserta didik/konseli SMP sering mempersoalkan hal- hal yang terkait dengan moralitas yang sebelumnya telah dihayati dan diyakini benar.

3.   Aspek emosi

Peserta didik/konseli SMP pada umumnya memiliki emosionalitas  yang  labil.  Transisi  pada aspek fisik, kognitif, dan sosial menyebabkan emosionalitas remaja mudah berubah- ubah. Perasaan remaja terhadap suatu obyek tertentu mudah berubah. Keadaan yang demikian  jika tidak dipahami dengan  baik sangat potensial menimbulkan konflik.

4.   Aspek Kognitif

Aspek kognitif peserta didik/konseli berubah secara fundamental dibandingkan  dengan  masa kanak-kanak yang menyebabkan remaja mampu berfikir abstrak. Akibatnya remaja menjadi kritis sehingga dipersepsi oleh orang dewasa sebagai “pembangkang”, memiliki  rasa ingin tahu yang tinggi, egosentris, dan menganggap orang dewasa tidak dapat memahami mereka. Hal demikian menyebabkan remaja banyak mengalami konflik dengan orang lain, terutama dengan  orang dewasa.

5.   Aspek Sosial

Masyarakat memandang peserta didik SMP bukan lagi anak-anak, namun  belum  juga diakui sebagai individu dewasa. Keadaan ini membuat peserta didik SMP (remaja) merasa diperlakukan secara tidak konsisten. Selain itu, remaja juga tidak suka jika diperlakukan seperti kanak-kanak, namun merasa keberatan jika dituntut bertanggung jawab penuh sebagaimana orang dewasa pada umumnya.


 

 

6.   Aspek Fisik

Fisik peserta didik/konseli SMP tumbuh secara cepat sebagai akibat dari hormon-hormon dan organ tubuh terutama terkait dengan hormon dan organ-organ seksual. Pertumbuhan fisik yang cepat pada masa ini membawa konsekuensi pada perubahan-perubahan aspek- aspek lainnya seperti seksualitas, emosionalitas, dan  aspek-aspek psikososialnya

3.

OPEN ENDED QUESTION

5 mins • 20 pts

Apa yang digunakan konselor dalam memahami karakteristik peserta didik/konseli yang digunakan dalam bimbingan dan konseling, sebutkan dan jelaskan

Evaluate responses using AI:

OFF

Answer explanation

Dengan menggunakan teknik tes dan non tes

Teknik tes merupakan teknik untuk memahami individu dengan menggunakan instrumen tes terstandar. Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang telah memiliki lisensi melalui pelatihan sertifikasi dapat menggunakan instrumen tes yang  telah dipelajari. Bagi yang belum memiliki lisensi penyelenggaraan tes psikologis, sekolah dapat bekerja sama dengan lembaga tes psikologis terpercaya. Hasil tes yang lazim digunakan untuk keperluan bimbingan dan konseling antara lain hasil tes kecerdasan, tes bakat, tes minat, tes kepribadian, tes kreativitas, tes sikap dan tes prestasi belajar.

Teknik non tes merupakan teknik untuk memahami individu dengan menggunakan instrumen yang terstandar dan tidak standar. Teknik asesmen non tes yang sering digunakan untuk keperluan bimbingan dan konseling antara lain: (a) observasi, (b) wawancara (c) angket, (d) sosiometri, (e) dokumentasi, (f) biografi ataupun autobiografi. Instrumen pengumpul data yang sering digunakan untuk mengenali masalah serta kebutuhan layanan bantuan antara lain: (a) daftar cek masalah (DCM), (b) alat ungkap masalah (AUM),

4.

OPEN ENDED QUESTION

3 mins • 20 pts

Pemanfaatan data hasil asesmen kebutuhan terhadap peserta didik/konseli digunakan untuk apa ?

Evaluate responses using AI:

OFF

Answer explanation

untuk  membuat profil individual, profil kelas, menyusun program tahunan dan semesteran, dan merencanakan  pemberian layanan.

5.

OPEN ENDED QUESTION

3 mins • 20 pts

Sebutkan dan jelaskan tahapan dalam perencanaan program bimbingan dan konseling ?

Evaluate responses using AI:

OFF

Answer explanation

tahap persiapan (preparing) dan (2) tahap perancangan (designing). Tahap persiapan (preparing) terdiri dari (1) melakukan asesmen kebutuhan, (2) aktivitas mendapatkan dukungan unsur lingkungan sekolah, dan (3) menetapkan dasar perencanaan. Tahap perancangan (designing)  terdiri atas (1) menyusun program tahunan, dan (2) menyusun program semesteran.

Discover more resources for Social Studies