
UTS BK DI SEKOLAH MENENGAH
Quiz
•
Social Studies
•
University
•
Easy
Aminah Aminah
Used 6+ times
FREE Resource
5 questions
Show all answers
1.
OPEN ENDED QUESTION
2 mins • 20 pts
Karakteristik peserta didik/konseli Sekolah Menengah diartikan sebagai ciri-ciri yang melekat pada peserta didik/konseli yang bersifat khas dan membedakannya dengan peserta didik/konseli pada satuan pendidikan lainnya. Karakteristik peserta didik/konseli Sekolah Menengah yang perlu dipahami meliputi aspek-aspek apa saja
Evaluate responses using AI:
OFF
Answer explanation
aspek Fisik, aspek kognitif, aspek sosial, aspek emosi, aspek moral, aspek relegius
2.
OPEN ENDED QUESTION
5 mins • 20 pts
Jelaskan perbedaan aspek-aspek karakteristik siswa di SMP dengan siswa di SMA
Evaluate responses using AI:
OFF
Answer explanation
1. Aspek Fisik
Peserta didik/konseli SMA berada pada masa remaja madya yang telah mencapai kematangan fisik diantaranya: perubahan bentuk tubuh, ukuran, tinggi, berat badan, dan proporsi muka serta badan yang tidak lagi menggambarkan anak-anak. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya fisik khas laki-laki dan perempuan. Perkembangan fisik yang telah sempurna diiringi dengan perkembangan psikoseksual dengan kematangan organ-organ seksualnya. Mereka menjadi lebih memberikan perhatian terhadap penampilan fisiknya serta mulai tertarik pada lawan jenisnya.
2. Aspek Kognitif
Perkembangan pemikiran peserta didik/konseli mulai menunjukkan kemampuan berpikir logis yang lebih baik. Mereka mulai mampu berfikir yang menghubungkan sebab dan akibat dari kejadian-kejadian di lingkungannya. Pemahaman terhadap diri serta lingkungannya mulai lebih meluas dan mendalam. Mereka cenderung berfikir secara ideal, sehingga seringkali mengkritisi maupun menentang pemikiran orang dewasa. Walaupun mereka memiliki argumentasi-argumentasi pemikiran yang berkembang, namun juga sering merasa ragu-ragu sehubungan dengan keterbatasan pengalaman yang dimilikinya. Peserta didik/konseli juga menampakkan egosentrisme berfikir, yang menganggap dirinya benar serta cenderung menentang pemikiran orang dewasa maupun aturan-aturan di lingkungannya.
3. Aspek Sosial
Pada aspek sosial, peserta didik/konseli mulai tumbuh kemampuan memahami orang lain. Kemampuan ini mendorongnya menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya. Mereka menjalin hubungan pertemanan yang erat dan menciptakan identitas kelompok yang khas. Hubungan kelompok sebaya lebih menguat serta cenderung meninggalkan keluarga. Orang tua merasa kurang diperhatikan. Masa ini juga ditandai dengan berkembangnya sikap konformitas, yaitu kecenderungan untuk: meniru, mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi), atau keinginan orang lain. Perkembangan konformitas dapat berdampak positif atau negatif, tergantung kepada kualitas kelompok dimana konformitas itu dilakukan. Ada beberapa sikap yang sering ditampilkan peserta didik/konseli antara lain: kompetisi atau persaingan, konformitas, menarik perhatian, menentang otoritas, sering menolak aturan dan campur tangan orang dewasa dalam hal urusan-urusan pribadinya. Kondisi ini mengakibatkan pandangan negatif masyarakat pada peserta didik di kelompok usia tersebut.
4. Aspek Emosi
Peserta didik/konseli SMA merupakan kelompok usia remaja digambarkan dalam keadaan yang tidak menentu, tidak stabil, dan emosi yang meledak-ledak. Meningginya emosi terjadi karena adanya tekanan tuntutan sosial terhadap peran-peran baru selayaknya orang dewasa. Kondisi ini dapat memicu masalah, seperti kesulitan belajar, penyalahgunaan obat, dan perilaku menyimpang. Remaja yang sering mengalami emosi yang negatif cenderung
memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun peserta didik mulai belajar mengendalikan emosinya. Pada masa remaja ini juga terjadi perkembangan emosi terhadap lawan jenis. Dengan matangnya hormon seksual, mereka mulai merasakan ketertarikan dan memberikan perhatian khusus pada lawan jenis. Pada umumnya mereka tumbuh rasa jatuh cinta yang terkadang berlanjut sampai pacaran. Bagi remaja yang kurang memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control), perilaku pacaran ini dapat berlanjut ke pergaulan bebas (free-sex).
5. Aspek Moral
Melalui pengalaman berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas peserta didik/konseli SMA sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak atau remaja awal. Mereka sudah lebih mengenal nilai-nilai moral atau konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Peserta didik/konseli sudah dapat menginternalisasikan penilaian-penilaian moral dan menjadikannya sebagai nilai pribadi. Pertimbangan moral yang diinternalisai peserta didik bukan lagi karena dorongan orang lain atau perintah orang tua namun karena keinginan dari hati dan merupakan pilihannya.Peserta didik berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga aspek psikis, seperti rasa senang dengan adanya penerimaan, pengakuan, atau penilaian positif dari teman sebaya atau orang lain tentang perbuatannya.
6. Aspek Religius
Pada tahap usia ini, peserta didik sudah lebih matang dalam meyakini dan melakukan ibadah sesuai aturan agamanya. Dalam kehidupan beragama, peserta didik sudah melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Peserta didik sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya (ada yang taat dan ada yang tidak taat). Kegiatan ibadah yang dilakukan bukan lagi berdasar dogma semata, melainkan berdasar kesadaran diri untuk menjalankan perintah agama. Dalam mewujudkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu, maka peserta didik seharusnya mengamalkan nilai-nilai akidah, ibadah, dan akhlakul karimah dalam kehidupannya sehari-hari.
1. Aspek religius
Aspek religius berkaitan dengan keyakinan dan pengakuan individu terhadap kekuatan di luar dirinya yang mengatur kehidupan manusia. Pada masa sebelum SMP, peserta didik menerima keyakinan-keyakinan tersebut secara dogmatis. Sejalan dengan perkembangan kognitifnya, peserta didik/konseli SMP sering mempersoalkan religiusitas yang sebelumnya telah diyakini dan dipegang teguh. Akibatnya, banyak remaja mempersoalkan
kembali keyakinan keagamaan mereka, mengalami penurunan ibadah akibat keraguan atas keyakinan sebelumnya. Di sisi lain, keraguan ini pada beberapa peserta didik SMP mendorong mereka lebih giat mencari informasi dan menguji kembali kebenaran yang mereka yakini.
2. Aspek moral
Moralitas berisi kemampuan peserta didik membuat pertimbangan tentang baik-buruk, benar-salah, boleh atau tidak boleh dalam melakukan sesuatu. Aspek ini sangat terkait dengan perkembangan kognitif. Karena aspek kognitif remaja berkembang sangat pesat, maka moralitas remaja juga mengalami perubahan cukup mendasar dibandingkan pada masa kanak-kanak. Oleh karena itu, peserta didik/konseli SMP sering mempersoalkan hal- hal yang terkait dengan moralitas yang sebelumnya telah dihayati dan diyakini benar.
3. Aspek emosi
Peserta didik/konseli SMP pada umumnya memiliki emosionalitas yang labil. Transisi pada aspek fisik, kognitif, dan sosial menyebabkan emosionalitas remaja mudah berubah- ubah. Perasaan remaja terhadap suatu obyek tertentu mudah berubah. Keadaan yang demikian jika tidak dipahami dengan baik sangat potensial menimbulkan konflik.
4. Aspek Kognitif
Aspek kognitif peserta didik/konseli berubah secara fundamental dibandingkan dengan masa kanak-kanak yang menyebabkan remaja mampu berfikir abstrak. Akibatnya remaja menjadi kritis sehingga dipersepsi oleh orang dewasa sebagai “pembangkang”, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, egosentris, dan menganggap orang dewasa tidak dapat memahami mereka. Hal demikian menyebabkan remaja banyak mengalami konflik dengan orang lain, terutama dengan orang dewasa.
5. Aspek Sosial
Masyarakat memandang peserta didik SMP bukan lagi anak-anak, namun belum juga diakui sebagai individu dewasa. Keadaan ini membuat peserta didik SMP (remaja) merasa diperlakukan secara tidak konsisten. Selain itu, remaja juga tidak suka jika diperlakukan seperti kanak-kanak, namun merasa keberatan jika dituntut bertanggung jawab penuh sebagaimana orang dewasa pada umumnya.
6. Aspek Fisik
Fisik peserta didik/konseli SMP tumbuh secara cepat sebagai akibat dari hormon-hormon dan organ tubuh terutama terkait dengan hormon dan organ-organ seksual. Pertumbuhan fisik yang cepat pada masa ini membawa konsekuensi pada perubahan-perubahan aspek- aspek lainnya seperti seksualitas, emosionalitas, dan aspek-aspek psikososialnya
3.
OPEN ENDED QUESTION
5 mins • 20 pts
Apa yang digunakan konselor dalam memahami karakteristik peserta didik/konseli yang digunakan dalam bimbingan dan konseling, sebutkan dan jelaskan
Evaluate responses using AI:
OFF
Answer explanation
Dengan menggunakan teknik tes dan non tes
Teknik tes merupakan teknik untuk memahami individu dengan menggunakan instrumen tes terstandar. Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang telah memiliki lisensi melalui pelatihan sertifikasi dapat menggunakan instrumen tes yang telah dipelajari. Bagi yang belum memiliki lisensi penyelenggaraan tes psikologis, sekolah dapat bekerja sama dengan lembaga tes psikologis terpercaya. Hasil tes yang lazim digunakan untuk keperluan bimbingan dan konseling antara lain hasil tes kecerdasan, tes bakat, tes minat, tes kepribadian, tes kreativitas, tes sikap dan tes prestasi belajar.
Teknik non tes merupakan teknik untuk memahami individu dengan menggunakan instrumen yang terstandar dan tidak standar. Teknik asesmen non tes yang sering digunakan untuk keperluan bimbingan dan konseling antara lain: (a) observasi, (b) wawancara (c) angket, (d) sosiometri, (e) dokumentasi, (f) biografi ataupun autobiografi. Instrumen pengumpul data yang sering digunakan untuk mengenali masalah serta kebutuhan layanan bantuan antara lain: (a) daftar cek masalah (DCM), (b) alat ungkap masalah (AUM),
4.
OPEN ENDED QUESTION
3 mins • 20 pts
Pemanfaatan data hasil asesmen kebutuhan terhadap peserta didik/konseli digunakan untuk apa ?
Evaluate responses using AI:
OFF
Answer explanation
untuk membuat profil individual, profil kelas, menyusun program tahunan dan semesteran, dan merencanakan pemberian layanan.
5.
OPEN ENDED QUESTION
3 mins • 20 pts
Sebutkan dan jelaskan tahapan dalam perencanaan program bimbingan dan konseling ?
Evaluate responses using AI:
OFF
Answer explanation
tahap persiapan (preparing) dan (2) tahap perancangan (designing). Tahap persiapan (preparing) terdiri dari (1) melakukan asesmen kebutuhan, (2) aktivitas mendapatkan dukungan unsur lingkungan sekolah, dan (3) menetapkan dasar perencanaan. Tahap perancangan (designing) terdiri atas (1) menyusun program tahunan, dan (2) menyusun program semesteran.
Similar Resources on Wayground
10 questions
Enam Benua di Dunia
Quiz
•
6th Grade - University
10 questions
QUIZ 1 - BIGDATA ANALYTICS
Quiz
•
University
10 questions
Kuis Psikologi Komunikasi 2023_E.3
Quiz
•
University
10 questions
Pre-test PP Kelas 9: Pancasila dengan UUD 1945
Quiz
•
9th Grade - University
10 questions
IYKYK
Quiz
•
University
10 questions
Uji Pengetahuan Benua dan Samudera
Quiz
•
9th Grade - University
10 questions
UTS Dampak Sosial Pembangunan
Quiz
•
University
10 questions
KUIZ UP2
Quiz
•
University
Popular Resources on Wayground
20 questions
Brand Labels
Quiz
•
5th - 12th Grade
11 questions
NEASC Extended Advisory
Lesson
•
9th - 12th Grade
10 questions
Ice Breaker Trivia: Food from Around the World
Quiz
•
3rd - 12th Grade
10 questions
Boomer ⚡ Zoomer - Holiday Movies
Quiz
•
KG - University
25 questions
Multiplication Facts
Quiz
•
5th Grade
22 questions
Adding Integers
Quiz
•
6th Grade
10 questions
Multiplication and Division Unknowns
Quiz
•
3rd Grade
20 questions
Multiplying and Dividing Integers
Quiz
•
7th Grade
