
TES TWK Bahasa Indonesia

Quiz
•
Other
•
Professional Development
•
Medium
Jihaduddin Akbar
Used 6+ times
FREE Resource
22 questions
Show all answers
1.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
15 mins • 1 pt
Perhatian puisi rumpang berikut!
Alamku Indonesia
Bermacam-macam bunga bermekaran
Hawanya sejuk menyehatkan
Hatiku ingin menari
[.....]
Karya : Bambang Lukito
Dikutip dari : Suryono Suyatmo, Joko Adi Sasmito, Erli Yetti, Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-Anak, Jakarta, Yayasan Bogor Indonesia, 2008.
Larik bermajas perbandingan yang tepat untuk melengkapi puisi tersebut adalah . . . .
Seperti kain terjuntai di atas lantai
Bak permata dalam genggamanku
Bagai bunga bermekaran di taman
Bagaikan burung yang terbang tinggi
Bagaikan gunung yang menjulang tinggi
2.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
15 mins • 1 pt
Kalimat yang menggunakan kata berimbuhan ke-an yang bermakna "tidak disengaja" adalah . . .
Rumahnya ada di dekat kantor kelurahan
Kerinduannya tidak dapat dibendung
Ketika hujan deras, rumahnya kemasukan air
Semenjak menjadi siswa SMA kemandiriannya mulai tampak
Pak hasan ditinggal di Kebagusan
3.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
15 mins • 1 pt
Perhatikan paragraf berikut ini!
Untuk meningkatkan pelayaran langsung dari Indonesia ke Australia, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II menggandeng Pelabuhan Townsville Australia. Kerjasama tersebut menjadikan Pelabuhan Townsville sebagai sister port. Kerjasama akan diteken oleh Direktur Utama Pelindo II RJ Lino dan CEO Pelabuhan Townsville Renita Garrad pada Jumat (13/1/2015). Dirut Pelindo II RJ Lino menuturkan dengan kerjasama ini diharapkan bisa menjadi langkah awal menjalin hubungan antara Pelindo II dengan Pelabuhan Townsville. (kompas.com)
Ide pokok paragraf tersebut adalah . . .
Peningkatan pelayaran dari Indonesia
Kerjasama PT Pelindo II dan Pelabuhan Townsville
Pengukuhan Pelabuhan Townsville sebagai sister port
Penandatanganan kerjasama PT Pelindo II
Langkah awal hubungan PT Pelindo II dan Pelabuhan Townsville
4.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
15 mins • 1 pt
Sebagai negara kepulauan-tropis terbesar di dunia, Indonesia berpeluang besar melewati ujian ekonomi tahun ini dan ke depannya dengan mengakselerasi kinerja ekonomi biru nasional. Konferensi Persatuan Bangsa-bangsa tentang Pembangunan Berkelanjutan (UNCSD) telah mendefinisikan ekonomi biru sebagai aktivitas pemanfaatan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk menumbuhkan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesehatan ekosistem laut. Sejumlah negara, di antaranya Australia, Korea Selatan, dan Cina telah memanfaatkan peluang besar dari ceruk ekonomi biru. Kontribusinya rata-rata telah mencapai 4,4 hingga sembilan persen terhadap total PDB mereka (The Aims Index of Marine Industry, 2020; Park, 2014; Xuemei, dkk., 2021).
Indonesia memiliki potensi ekonomi kelautan teramat besar. Namun pemanfaatannya belum optimal. Sejak 2019 silam, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menaruh target lompatan peningkatan kontribusi ekonomi biru ke dalam PDB menjadi 12,5 persen di 2045. Dua Masalah Ekonomi Biru di Indonesia Mari lihat hasil pengukuran Indeks Pembangunan Ekonomi Biru (BEDI) yang dikeluarkan pertama kali pada 2020 oleh Forum Negara-Negara Pulau dan Kepulauan (AIS Forum). Posisi Indonesia baru berada pada peringkat 36 dari 47 negara dengan skor 4,3. Lalu, apa penyebabnya? Ternyata ada dua dari delapan indikator BEDI Indonedia mendapat nilai rendah sehingga perlu perbaikan. Pertama, indikator Indeks Pembangunan Inklusif (Inclusive Development Index). Pada indikator ini, Indonesia hanya memperoleh skor 0,25. Ini menjelaskan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut di Tanah Air belum sepenuhnya terdistribusi merata secara etnis, gender, maupun antargenerasi. Indikator kedua terkait Indeks Tata Kelola (Governance Index) meliputi pengukuran sejumlah aspek penting terkait kebijakan dan kapasitas kelembagaan, lingkungan usaha, kualitas air, energi, pelayaran dan sumber daya alam. Indonesia mendapat nilai 0,3 atau ada potensi mengalami masalah lingkungan dengan derajat tinggi, termasuk akibat dari tingginya pembuangan sampah plastik di laut. Sebelumnya, peringatan serupa juga tersaji di dalam laporan The Economist Intelligent Unit (2019) yang menempatkan Indonesia pada urutan 18 dari 20 negara dalam hal pengelolaan kualitas air-baik dari limbah rumah tangga maupun industri. Persoalan lain yaitu tingginya angka kemiskinan di daerah pesisir dan keterbatasan infrastruktur. Sebagai contoh, infrastruktur penyaluran bahan bakar minyak untuk nelayan kecil dan tradisional.
Indonesia memiliki lebih dari 11 ribu desa pesisir tersebar dari pulau paling timur hingga barat. Sementara infrastruktur layanan penyaluran BBM (SPBUN) hanya ada di 388 titik. Itu pun tidak semua berfungsi sebagaimana mestinya. Akibatnya, nelayan harus membeli BBM secara eceran dengan harga tinggi. Bahkan di sejumlah daerah, nelayan membayar 30 – 50 persen lebih mahal dari harga ketetapan pemerintahan. Keterbatasan infrastruktur telah menyebabkan tingginya beban biaya produksi nelayan dan sekaligus melemahkan daya saing produk perikanan nasional di pasar dunia.
Ikhtiar kebangsaan untuk menaikkan kontribusi ekonomi biru terhadap PDB Indonesia membutuhkan perbaikan dalam hal inklusivitas dan tata kelola sumber daya kelautan. Perbaikan terhadap keduanya mensyaratkan partisipasi publik lebih luas lagi dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Penelitian bersama Laboratorium Indonesia 2045 dengan SDGs Center UNDIP dan PKSPL IPB (2022) berhasil memetakan sektor prioritas ekonomi biru. Hal ini dengan mempertimbangkan tiga faktor pemungkin (enabling factors) yang berlaku di Tanah Air: ketersediaan investasi, teknologi dan inovasi, serta sumber daya.
Pada fase paling awal, hingga 2024, Indonesia disarankan untuk berfokus pada dua sektor saja: perikanan dan wisata bahari. Kunci keberhasilan keduanya ada pada penguatan ekosistem usaha hulu-hilir melalui kelembagaan ekonomi rakyat atau koperasi. Koperasi dapat meningkatkan kapasitas ekonomi rakyat (baca: perorangan) menjadi lebih berskala dan punya daya tahan lebih, termasuk dalam memperluas layanan BBM di desa-desa nelayan maupun melibatkan lebih banyak lagi masyarakat lokal dalam pengembangan wisata alam. Sedangkan untuk fase menengah, yakni periode 2024 hingga 2029, selain menjaga keberlanjutan pemanfaatan dua sektor ekonomi dari fase sebelumnya (perikanan dan wisata bahari), Indonesia juga sudah harus mulai berinvestari mempersiapkan sektor masa depan yang sedang berkembang (emerging future sector). Sektor ini mulai dari energi terbarukan, perkapalan, kepelabuhan, logistik dan rantai dingin hingga desalinasi air dan kimia berbasis laut. Puncaknya, pada rentang 2029 hingga 2045 atau menuju 100 tahun Indonesia merdeka – seluruh potensi ekonomi biru nasional sudah dapat digerakkan secara mapan, inklusif, dan bekelanjutan. Pada fase lanjutan ini, akselerasi potensi ekonomi biru diharapkan sudah berada pada titik ideal: antara pertumbuhan ekonomi dan keberlangsungan ekologi. Syaratnya, prioritas sektor ekonomi biru di tiap-tiap fase harus diiukuti dengan penyesuaian fokus anggaran dan postur kelembagaan. Maka, keberhasilan mengakselerasi ekonomi bumi telah menjadi solusi menghadapi tantangan ekonomi di 2023 dan mengantarkan Indonesia emas 2045.
(Sumber:www.katadata.co.id)
Judul yang tepat untuk teks tersebut adalah . . . .
Tantangan Ekonomi Biru 2023
Potensi Kemaritiman Indonesia di Mata Dunia
Akselerasi Potensi Ekonomi Kelautan
Potensi dan Tantangan Ekonomi Biru Indonesia
Fokus Wisata Bahari Indonesia di Tahun Emas
5.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
15 mins • 1 pt
Sebagai negara kepulauan-tropis terbesar di dunia, Indonesia berpeluang besar melewati ujian ekonomi tahun ini dan ke depannya dengan mengakselerasi kinerja ekonomi biru nasional. Konferensi Persatuan Bangsa-bangsa tentang Pembangunan Berkelanjutan (UNCSD) telah mendefinisikan ekonomi biru sebagai aktivitas pemanfaatan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk menumbuhkan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesehatan ekosistem laut. Sejumlah negara, di antaranya Australia, Korea Selatan, dan Cina telah memanfaatkan peluang besar dari ceruk ekonomi biru. Kontribusinya rata-rata telah mencapai 4,4 hingga sembilan persen terhadap total PDB mereka (The Aims Index of Marine Industry, 2020; Park, 2014; Xuemei, dkk., 2021).
Indonesia memiliki potensi ekonomi kelautan teramat besar. Namun pemanfaatannya belum optimal. Sejak 2019 silam, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menaruh target lompatan peningkatan kontribusi ekonomi biru ke dalam PDB menjadi 12,5 persen di 2045. Dua Masalah Ekonomi Biru di Indonesia Mari lihat hasil pengukuran Indeks Pembangunan Ekonomi Biru (BEDI) yang dikeluarkan pertama kali pada 2020 oleh Forum Negara-Negara Pulau dan Kepulauan (AIS Forum). Posisi Indonesia baru berada pada peringkat 36 dari 47 negara dengan skor 4,3. Lalu, apa penyebabnya? Ternyata ada dua dari delapan indikator BEDI Indonedia mendapat nilai rendah sehingga perlu perbaikan. Pertama, indikator Indeks Pembangunan Inklusif (Inclusive Development Index). Pada indikator ini, Indonesia hanya memperoleh skor 0,25. Ini menjelaskan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut di Tanah Air belum sepenuhnya terdistribusi merata secara etnis, gender, maupun antargenerasi. Indikator kedua terkait Indeks Tata Kelola (Governance Index) meliputi pengukuran sejumlah aspek penting terkait kebijakan dan kapasitas kelembagaan, lingkungan usaha, kualitas air, energi, pelayaran dan sumber daya alam. Indonesia mendapat nilai 0,3 atau ada potensi mengalami masalah lingkungan dengan derajat tinggi, termasuk akibat dari tingginya pembuangan sampah plastik di laut. Sebelumnya, peringatan serupa juga tersaji di dalam laporan The Economist Intelligent Unit (2019) yang menempatkan Indonesia pada urutan 18 dari 20 negara dalam hal pengelolaan kualitas air-baik dari limbah rumah tangga maupun industri. Persoalan lain yaitu tingginya angka kemiskinan di daerah pesisir dan keterbatasan infrastruktur. Sebagai contoh, infrastruktur penyaluran bahan bakar minyak untuk nelayan kecil dan tradisional.
Indonesia memiliki lebih dari 11 ribu desa pesisir tersebar dari pulau paling timur hingga barat. Sementara infrastruktur layanan penyaluran BBM (SPBUN) hanya ada di 388 titik. Itu pun tidak semua berfungsi sebagaimana mestinya. Akibatnya, nelayan harus membeli BBM secara eceran dengan harga tinggi. Bahkan di sejumlah daerah, nelayan membayar 30 – 50 persen lebih mahal dari harga ketetapan pemerintahan. Keterbatasan infrastruktur telah menyebabkan tingginya beban biaya produksi nelayan dan sekaligus melemahkan daya saing produk perikanan nasional di pasar dunia.
Ikhtiar kebangsaan untuk menaikkan kontribusi ekonomi biru terhadap PDB Indonesia membutuhkan perbaikan dalam hal inklusivitas dan tata kelola sumber daya kelautan. Perbaikan terhadap keduanya mensyaratkan partisipasi publik lebih luas lagi dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Penelitian bersama Laboratorium Indonesia 2045 dengan SDGs Center UNDIP dan PKSPL IPB (2022) berhasil memetakan sektor prioritas ekonomi biru. Hal ini dengan mempertimbangkan tiga faktor pemungkin (enabling factors) yang berlaku di Tanah Air: ketersediaan investasi, teknologi dan inovasi, serta sumber daya.
Pada fase paling awal, hingga 2024, Indonesia disarankan untuk berfokus pada dua sektor saja: perikanan dan wisata bahari. Kunci keberhasilan keduanya ada pada penguatan ekosistem usaha hulu-hilir melalui kelembagaan ekonomi rakyat atau koperasi. Koperasi dapat meningkatkan kapasitas ekonomi rakyat (baca: perorangan) menjadi lebih berskala dan punya daya tahan lebih, termasuk dalam memperluas layanan BBM di desa-desa nelayan maupun melibatkan lebih banyak lagi masyarakat lokal dalam pengembangan wisata alam. Sedangkan untuk fase menengah, yakni periode 2024 hingga 2029, selain menjaga keberlanjutan pemanfaatan dua sektor ekonomi dari fase sebelumnya (perikanan dan wisata bahari), Indonesia juga sudah harus mulai berinvestari mempersiapkan sektor masa depan yang sedang berkembang (emerging future sector). Sektor ini mulai dari energi terbarukan, perkapalan, kepelabuhan, logistik dan rantai dingin hingga desalinasi air dan kimia berbasis laut. Puncaknya, pada rentang 2029 hingga 2045 atau menuju 100 tahun Indonesia merdeka – seluruh potensi ekonomi biru nasional sudah dapat digerakkan secara mapan, inklusif, dan bekelanjutan. Pada fase lanjutan ini, akselerasi potensi ekonomi biru diharapkan sudah berada pada titik ideal: antara pertumbuhan ekonomi dan keberlangsungan ekologi. Syaratnya, prioritas sektor ekonomi biru di tiap-tiap fase harus diiukuti dengan penyesuaian fokus anggaran dan postur kelembagaan. Maka, keberhasilan mengakselerasi ekonomi bumi telah menjadi solusi menghadapi tantangan ekonomi di 2023 dan mengantarkan Indonesia emas 2045.
(Sumber:www.katadata.co.id)
Apa tujuan dari penelitian Laboratorium Indonesia 2045 dengan SDGs Center UNDIP dan PKSPL IPB (2022)?
Menumbuhkan ekonomi Indonesia dengan memanfaatkan sumberdaya kelautan
Meningkatkan inklusivitas dan tata kelola sumber daya kelautan
Memetakan sektor prioritas ekonomi biru Indonesia
Menjaga keberlangsungan ekosistem laut Indonesia
Menentukan kontribusi ekonomi biru terhadap PDB Indonesia
6.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
15 mins • 1 pt
Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengemukakan bahwa ikut serta badan usaha hanyalah sebatas membuat, mengelola, dan merawat sistemnya, sedangkan mekanisme kerja yang berhubungan dengan data harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi bocornya data tersebut.
Perbaikan kata bentukan yang salah pada kalimat tersebut adalah. . .
membuat seharusnya membuatkan
ikut serta seharusnya keikutsertaan
berhubungan seharusnya berhubung
mengemukakan seharusnya dikemukakan
bocornya seharusnya dibocorkannya
7.
MULTIPLE CHOICE QUESTION
15 mins • 1 pt
(1) Saat ini memakai kimono bagi yang berhijab tidak lagi menjadi masalah. (2) Hal ini disebabkan sudah terdapat toko yang menyewakan kimono untuk para hijabers. (3) Seperti yang dilansir dari WorlofBuzz, Yemeyakata adalah sebuah toko penyewaan kimono yang melayani pelanggan asing. (4) Adanya toko ini telah banyak memperoleh pujian sebab memproduksi kimono dengan adanya jilbab yang diserasikan dengan pakaian kimono. (5) Toko Yemeyakata sendiri berlokasi di Shimoghyoku, Manjujicho, Kyoto-shi, Kyoto Jepang.
Kalimat utama paragraph tersebut terdapat pada kalimat nomor . . .
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Create a free account and access millions of resources
Similar Resources on Wayground
20 questions
BIMKOSTEK SDM KEARSIPAN TAHUN 2022

Quiz
•
Professional Development
20 questions
Teks Persuasi

Quiz
•
12th Grade - Professi...
22 questions
Teka teki sulit

Quiz
•
Professional Development
20 questions
Jun_Short Training by Quality

Quiz
•
Professional Development
20 questions
Teknik Dasar Otomotif

Quiz
•
Professional Development
20 questions
KPPS

Quiz
•
Professional Development
17 questions
Safety Rules Book Test

Quiz
•
Professional Development
20 questions
Pretest - Hazard Analysis and Critical Control Points Training

Quiz
•
Professional Development
Popular Resources on Wayground
11 questions
Hallway & Bathroom Expectations

Quiz
•
6th - 8th Grade
20 questions
PBIS-HGMS

Quiz
•
6th - 8th Grade
10 questions
"LAST STOP ON MARKET STREET" Vocabulary Quiz

Quiz
•
3rd Grade
19 questions
Fractions to Decimals and Decimals to Fractions

Quiz
•
6th Grade
16 questions
Logic and Venn Diagrams

Quiz
•
12th Grade
15 questions
Compare and Order Decimals

Quiz
•
4th - 5th Grade
20 questions
Simplifying Fractions

Quiz
•
6th Grade
20 questions
Multiplication facts 1-12

Quiz
•
2nd - 3rd Grade