TES TWK Bahasa Indonesia

TES TWK Bahasa Indonesia

Professional Development

22 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

H&M Punya Quizz !!

H&M Punya Quizz !!

KG - Professional Development

20 Qs

Siklus 1

Siklus 1

Professional Development

20 Qs

Pelatihan VCT/PMTC_082020

Pelatihan VCT/PMTC_082020

Professional Development

20 Qs

pretest refreshment

pretest refreshment

Professional Development

20 Qs

Drama

Drama

12th Grade - Professional Development

20 Qs

TKP CPNS

TKP CPNS

Professional Development

19 Qs

LENCANA AHLI PERTOLONGAN CEMAS - PM

LENCANA AHLI PERTOLONGAN CEMAS - PM

12th Grade - Professional Development

20 Qs

Pos Tes Bimtek Bantuan DAK Tahun 2022

Pos Tes Bimtek Bantuan DAK Tahun 2022

Professional Development

20 Qs

TES TWK Bahasa Indonesia

TES TWK Bahasa Indonesia

Assessment

Quiz

Other

Professional Development

Medium

Created by

Jihaduddin Akbar

Used 6+ times

FREE Resource

22 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

Perhatian puisi rumpang berikut!

Alamku Indonesia

Bermacam-macam bunga bermekaran

Hawanya sejuk menyehatkan

Hatiku ingin menari

[.....]

Karya : Bambang Lukito

Dikutip dari : Suryono Suyatmo, Joko Adi Sasmito, Erli Yetti, Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-Anak, Jakarta, Yayasan Bogor Indonesia, 2008.

Larik bermajas perbandingan yang tepat untuk melengkapi puisi tersebut adalah . . . .

Seperti kain terjuntai di atas lantai

Bak permata dalam genggamanku

Bagai bunga bermekaran di taman

Bagaikan burung yang terbang tinggi

Bagaikan gunung yang menjulang tinggi

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

Kalimat yang menggunakan kata berimbuhan ke-an yang bermakna "tidak disengaja" adalah . . .

Rumahnya ada di dekat kantor kelurahan

Kerinduannya tidak dapat dibendung

Ketika hujan deras, rumahnya kemasukan air

Semenjak menjadi siswa SMA kemandiriannya mulai tampak

Pak hasan ditinggal di Kebagusan

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

Perhatikan paragraf berikut ini!

Untuk meningkatkan pelayaran langsung dari Indonesia ke Australia, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II menggandeng Pelabuhan Townsville Australia. Kerjasama tersebut menjadikan Pelabuhan Townsville sebagai sister port. Kerjasama akan diteken oleh Direktur Utama Pelindo II RJ Lino dan CEO Pelabuhan Townsville Renita Garrad pada Jumat (13/1/2015). Dirut Pelindo II RJ Lino menuturkan dengan kerjasama ini diharapkan bisa menjadi langkah awal menjalin hubungan antara Pelindo II dengan Pelabuhan Townsville. (kompas.com)

Ide pokok paragraf tersebut adalah . . .

Peningkatan pelayaran dari Indonesia

Kerjasama PT Pelindo II dan Pelabuhan Townsville

Pengukuhan Pelabuhan Townsville sebagai sister port

Penandatanganan kerjasama PT Pelindo II

Langkah awal hubungan PT Pelindo II dan Pelabuhan Townsville

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

Sebagai negara kepulauan-tropis terbesar di dunia, Indonesia berpeluang besar melewati ujian ekonomi tahun ini dan ke depannya dengan mengakselerasi kinerja ekonomi biru nasional. Konferensi Persatuan Bangsa-bangsa tentang Pembangunan Berkelanjutan (UNCSD) telah mendefinisikan ekonomi biru sebagai aktivitas pemanfaatan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk menumbuhkan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesehatan ekosistem laut. Sejumlah negara, di antaranya Australia, Korea Selatan, dan Cina telah memanfaatkan peluang besar dari ceruk ekonomi biru. Kontribusinya rata-rata telah mencapai 4,4 hingga sembilan persen terhadap total PDB mereka (The Aims Index of Marine Industry, 2020; Park, 2014; Xuemei, dkk., 2021).

 

Indonesia memiliki potensi ekonomi kelautan teramat besar. Namun pemanfaatannya belum optimal. Sejak 2019 silam, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menaruh target lompatan peningkatan kontribusi ekonomi biru ke dalam PDB menjadi 12,5 persen di 2045. Dua Masalah Ekonomi Biru di Indonesia Mari lihat hasil pengukuran Indeks Pembangunan Ekonomi Biru (BEDI) yang dikeluarkan pertama kali pada 2020 oleh Forum Negara-Negara Pulau dan Kepulauan (AIS Forum). Posisi Indonesia baru berada pada peringkat 36 dari 47 negara dengan skor 4,3. Lalu, apa penyebabnya?  Ternyata ada dua dari delapan indikator BEDI Indonedia mendapat nilai rendah sehingga perlu perbaikan. Pertama, indikator Indeks Pembangunan Inklusif (Inclusive Development Index). Pada indikator ini, Indonesia hanya memperoleh skor 0,25. Ini menjelaskan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut di Tanah Air belum sepenuhnya terdistribusi merata secara etnis, gender, maupun antargenerasi. Indikator kedua terkait Indeks Tata Kelola (Governance Index) meliputi pengukuran sejumlah aspek penting terkait kebijakan dan kapasitas kelembagaan, lingkungan usaha, kualitas air, energi, pelayaran dan sumber daya alam. Indonesia mendapat nilai 0,3 atau ada potensi mengalami masalah lingkungan dengan derajat tinggi, termasuk akibat dari tingginya pembuangan sampah plastik di laut. Sebelumnya, peringatan serupa juga tersaji di dalam laporan The Economist Intelligent Unit (2019) yang menempatkan Indonesia pada urutan 18 dari 20 negara dalam hal pengelolaan kualitas air-baik dari limbah rumah tangga maupun industri. Persoalan lain yaitu tingginya angka kemiskinan di daerah pesisir dan keterbatasan infrastruktur. Sebagai contoh, infrastruktur penyaluran bahan bakar minyak untuk nelayan kecil dan tradisional.

 

Indonesia memiliki lebih dari 11 ribu desa pesisir tersebar dari pulau paling timur hingga barat. Sementara infrastruktur layanan penyaluran BBM (SPBUN) hanya ada di 388 titik. Itu pun tidak semua berfungsi sebagaimana mestinya. Akibatnya, nelayan harus membeli BBM secara eceran dengan harga tinggi. Bahkan di sejumlah daerah, nelayan membayar 30 – 50 persen lebih mahal dari harga ketetapan pemerintahan. Keterbatasan infrastruktur telah menyebabkan tingginya beban biaya produksi nelayan dan sekaligus melemahkan daya saing produk perikanan nasional di pasar dunia.

 

Ikhtiar kebangsaan untuk menaikkan kontribusi ekonomi biru terhadap PDB Indonesia membutuhkan perbaikan dalam hal inklusivitas dan tata kelola sumber daya kelautan. Perbaikan terhadap keduanya mensyaratkan partisipasi publik lebih luas lagi dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Penelitian bersama Laboratorium Indonesia 2045 dengan SDGs Center UNDIP dan PKSPL IPB (2022) berhasil memetakan sektor prioritas ekonomi biru. Hal ini dengan mempertimbangkan tiga faktor pemungkin (enabling factors) yang berlaku di Tanah Air: ketersediaan investasi, teknologi dan inovasi, serta sumber daya.

 

            Pada fase paling awal, hingga 2024, Indonesia disarankan untuk berfokus pada dua sektor saja: perikanan dan wisata bahari. Kunci keberhasilan keduanya ada pada penguatan ekosistem usaha hulu-hilir melalui kelembagaan ekonomi rakyat atau koperasi. Koperasi dapat meningkatkan kapasitas ekonomi rakyat (baca: perorangan) menjadi lebih berskala dan punya daya tahan lebih, termasuk dalam memperluas layanan BBM di desa-desa nelayan maupun melibatkan lebih banyak lagi masyarakat lokal dalam pengembangan wisata alam. Sedangkan untuk fase menengah, yakni periode 2024 hingga 2029, selain menjaga keberlanjutan pemanfaatan dua sektor ekonomi dari fase sebelumnya (perikanan dan wisata bahari), Indonesia juga sudah harus mulai berinvestari mempersiapkan sektor masa depan yang sedang berkembang (emerging future sector). Sektor ini mulai dari energi terbarukan, perkapalan, kepelabuhan, logistik dan rantai dingin hingga desalinasi air dan kimia berbasis laut. Puncaknya, pada rentang 2029 hingga 2045 atau menuju 100 tahun Indonesia merdeka – seluruh potensi ekonomi biru nasional sudah dapat digerakkan secara mapan, inklusif, dan bekelanjutan. Pada fase lanjutan ini, akselerasi potensi ekonomi biru diharapkan sudah berada pada titik ideal: antara pertumbuhan ekonomi dan keberlangsungan ekologi. Syaratnya, prioritas sektor ekonomi biru di tiap-tiap fase harus diiukuti dengan penyesuaian fokus anggaran dan postur kelembagaan. Maka, keberhasilan mengakselerasi ekonomi bumi telah menjadi solusi menghadapi tantangan ekonomi di 2023 dan mengantarkan Indonesia emas 2045.

 (Sumber:www.katadata.co.id)

Judul yang tepat untuk teks tersebut adalah . . . .

 

Tantangan Ekonomi Biru 2023

Potensi Kemaritiman Indonesia di Mata Dunia

Akselerasi Potensi Ekonomi Kelautan

Potensi dan Tantangan Ekonomi Biru Indonesia

Fokus Wisata Bahari Indonesia di Tahun Emas

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

Sebagai negara kepulauan-tropis terbesar di dunia, Indonesia berpeluang besar melewati ujian ekonomi tahun ini dan ke depannya dengan mengakselerasi kinerja ekonomi biru nasional. Konferensi Persatuan Bangsa-bangsa tentang Pembangunan Berkelanjutan (UNCSD) telah mendefinisikan ekonomi biru sebagai aktivitas pemanfaatan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk menumbuhkan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kesehatan ekosistem laut. Sejumlah negara, di antaranya Australia, Korea Selatan, dan Cina telah memanfaatkan peluang besar dari ceruk ekonomi biru. Kontribusinya rata-rata telah mencapai 4,4 hingga sembilan persen terhadap total PDB mereka (The Aims Index of Marine Industry, 2020; Park, 2014; Xuemei, dkk., 2021).

 

Indonesia memiliki potensi ekonomi kelautan teramat besar. Namun pemanfaatannya belum optimal. Sejak 2019 silam, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menaruh target lompatan peningkatan kontribusi ekonomi biru ke dalam PDB menjadi 12,5 persen di 2045. Dua Masalah Ekonomi Biru di Indonesia Mari lihat hasil pengukuran Indeks Pembangunan Ekonomi Biru (BEDI) yang dikeluarkan pertama kali pada 2020 oleh Forum Negara-Negara Pulau dan Kepulauan (AIS Forum). Posisi Indonesia baru berada pada peringkat 36 dari 47 negara dengan skor 4,3. Lalu, apa penyebabnya?  Ternyata ada dua dari delapan indikator BEDI Indonedia mendapat nilai rendah sehingga perlu perbaikan. Pertama, indikator Indeks Pembangunan Inklusif (Inclusive Development Index). Pada indikator ini, Indonesia hanya memperoleh skor 0,25. Ini menjelaskan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut di Tanah Air belum sepenuhnya terdistribusi merata secara etnis, gender, maupun antargenerasi. Indikator kedua terkait Indeks Tata Kelola (Governance Index) meliputi pengukuran sejumlah aspek penting terkait kebijakan dan kapasitas kelembagaan, lingkungan usaha, kualitas air, energi, pelayaran dan sumber daya alam. Indonesia mendapat nilai 0,3 atau ada potensi mengalami masalah lingkungan dengan derajat tinggi, termasuk akibat dari tingginya pembuangan sampah plastik di laut. Sebelumnya, peringatan serupa juga tersaji di dalam laporan The Economist Intelligent Unit (2019) yang menempatkan Indonesia pada urutan 18 dari 20 negara dalam hal pengelolaan kualitas air-baik dari limbah rumah tangga maupun industri. Persoalan lain yaitu tingginya angka kemiskinan di daerah pesisir dan keterbatasan infrastruktur. Sebagai contoh, infrastruktur penyaluran bahan bakar minyak untuk nelayan kecil dan tradisional.

 

Indonesia memiliki lebih dari 11 ribu desa pesisir tersebar dari pulau paling timur hingga barat. Sementara infrastruktur layanan penyaluran BBM (SPBUN) hanya ada di 388 titik. Itu pun tidak semua berfungsi sebagaimana mestinya. Akibatnya, nelayan harus membeli BBM secara eceran dengan harga tinggi. Bahkan di sejumlah daerah, nelayan membayar 30 – 50 persen lebih mahal dari harga ketetapan pemerintahan. Keterbatasan infrastruktur telah menyebabkan tingginya beban biaya produksi nelayan dan sekaligus melemahkan daya saing produk perikanan nasional di pasar dunia.

 

Ikhtiar kebangsaan untuk menaikkan kontribusi ekonomi biru terhadap PDB Indonesia membutuhkan perbaikan dalam hal inklusivitas dan tata kelola sumber daya kelautan. Perbaikan terhadap keduanya mensyaratkan partisipasi publik lebih luas lagi dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan. Penelitian bersama Laboratorium Indonesia 2045 dengan SDGs Center UNDIP dan PKSPL IPB (2022) berhasil memetakan sektor prioritas ekonomi biru. Hal ini dengan mempertimbangkan tiga faktor pemungkin (enabling factors) yang berlaku di Tanah Air: ketersediaan investasi, teknologi dan inovasi, serta sumber daya.

 

            Pada fase paling awal, hingga 2024, Indonesia disarankan untuk berfokus pada dua sektor saja: perikanan dan wisata bahari. Kunci keberhasilan keduanya ada pada penguatan ekosistem usaha hulu-hilir melalui kelembagaan ekonomi rakyat atau koperasi. Koperasi dapat meningkatkan kapasitas ekonomi rakyat (baca: perorangan) menjadi lebih berskala dan punya daya tahan lebih, termasuk dalam memperluas layanan BBM di desa-desa nelayan maupun melibatkan lebih banyak lagi masyarakat lokal dalam pengembangan wisata alam. Sedangkan untuk fase menengah, yakni periode 2024 hingga 2029, selain menjaga keberlanjutan pemanfaatan dua sektor ekonomi dari fase sebelumnya (perikanan dan wisata bahari), Indonesia juga sudah harus mulai berinvestari mempersiapkan sektor masa depan yang sedang berkembang (emerging future sector). Sektor ini mulai dari energi terbarukan, perkapalan, kepelabuhan, logistik dan rantai dingin hingga desalinasi air dan kimia berbasis laut. Puncaknya, pada rentang 2029 hingga 2045 atau menuju 100 tahun Indonesia merdeka – seluruh potensi ekonomi biru nasional sudah dapat digerakkan secara mapan, inklusif, dan bekelanjutan. Pada fase lanjutan ini, akselerasi potensi ekonomi biru diharapkan sudah berada pada titik ideal: antara pertumbuhan ekonomi dan keberlangsungan ekologi. Syaratnya, prioritas sektor ekonomi biru di tiap-tiap fase harus diiukuti dengan penyesuaian fokus anggaran dan postur kelembagaan. Maka, keberhasilan mengakselerasi ekonomi bumi telah menjadi solusi menghadapi tantangan ekonomi di 2023 dan mengantarkan Indonesia emas 2045.

(Sumber:www.katadata.co.id)

Apa tujuan dari penelitian Laboratorium Indonesia 2045 dengan SDGs Center UNDIP dan PKSPL IPB (2022)?

 

Menumbuhkan ekonomi Indonesia dengan memanfaatkan sumberdaya kelautan

Meningkatkan inklusivitas dan tata kelola sumber daya kelautan

Memetakan sektor prioritas ekonomi biru Indonesia

Menjaga keberlangsungan ekosistem laut Indonesia

Menentukan kontribusi ekonomi biru terhadap PDB Indonesia

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengemukakan bahwa ikut serta badan usaha hanyalah sebatas membuat, mengelola, dan merawat sistemnya, sedangkan mekanisme kerja yang berhubungan dengan data harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi bocornya data tersebut.

Perbaikan kata bentukan yang salah pada kalimat tersebut adalah. . .

membuat seharusnya membuatkan

ikut serta seharusnya keikutsertaan

berhubungan seharusnya berhubung

mengemukakan seharusnya dikemukakan

bocornya seharusnya dibocorkannya

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

15 mins • 1 pt

(1) Saat ini memakai kimono bagi yang berhijab tidak lagi menjadi masalah. (2) Hal ini disebabkan sudah terdapat toko yang menyewakan kimono untuk para hijabers. (3) Seperti yang dilansir dari WorlofBuzz, Yemeyakata adalah sebuah toko penyewaan kimono yang melayani pelanggan asing. (4) Adanya toko ini telah banyak memperoleh pujian sebab memproduksi kimono dengan adanya jilbab yang diserasikan dengan pakaian kimono. (5) Toko Yemeyakata sendiri berlokasi di Shimoghyoku, Manjujicho, Kyoto-shi, Kyoto Jepang.

Kalimat utama paragraph tersebut terdapat pada kalimat nomor . . .

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Create a free account and access millions of resources

Create resources
Host any resource
Get auto-graded reports
or continue with
Microsoft
Apple
Others
By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy
Already have an account?