Filosofi Jamu Gendong
Hayo, siapa yang suka minum jamu gendong? Jika suka minum Jamu gendong ini, pasti kalian akan merasakan tubuhnya sehat dan bugar. Kata nenekku, jamu gendong ini mengandung banyak khasiat yang bagus untuk kesehatan, Lho. Bahan yang digunakan pun bahan alami, yaitu dari tanaman yang berkhasiat sebagai obat sehingga tidak membahayakan tubuh. Makanya, aku sangat suka minum jamu gendong.
Tahu tidak, jenis jamu gendong beragam, lho, ada kunyit asam, beras kencur, cabe puyang, pahitan, kunci suruh, kudu laos, uyup-uyup atau gepyokan, dan sinom. Urutan rasanya adalah manis-asam, sedikit pedas- hangat, pedas, pahit, tawar, hingga manis lagi.
Menurut nenekku semua jenis jamu gendong mengandung fisolofi kehidupan. Filosofi tersebut tersirat pada urutan jenis jamu yang memiliki simbol siklus perjalanan kehidupan manusia dari masa bayi hingga dewasa atau tua.
Rasa asam manis pada kunyit asam merupakan simbol dari kehidupan yang terasa manis ketika bayi hingga praremaja. Sementara itu, beras kencur memiliki rasa sedikit pedas hangat. Beras kencur melambangkan kehidupan masa remaja. Di masa ini manusia mulai memiliki sikap egoistis. Pada masa remaja pula, seseorang baru sedikit mencicipi kehidupan yang sebenarnya. Hal ini dilambangkan dengan rasa sedikit pedas.
Cabe puyang memiliki rasa pedas-manis. Hal ini melambangkan kehidupan manusia di usia 19-21 tahun yang mulai labil. Rasa pahit pada jamu pahitan merupakan simbol seseorang dalam menjalani rintangan demi rintangan. Masa ini penuh perjuangan. Pada jamu kunci sirih seseorang akan mendapatkan hasil dari perjuangan yang telah dipelajarinya sejak kecil.
Kudu laos melambangkan fase kehidupan manusia ketika harus mampu menjadi penghangat dan pengayom bagi orang di sekelilingnya. Jamu uyup-uyup/gepyokan bersifat penetral. Makna dari jamu ini adalah pengabdian diri seutuhnya dan kepasrahan tulus seorang hamba kepada Tuhannya. Terakhir adalah jamu sinom. Sinom melambangkan bahwa jika manusia dilahirkan dengan fitrah, harus kembali kepada Tuhan dengan keadaan fitrah juga.
Nah, ternyata jamu gendong tidak hanya kaya akan manfaat, tetapi juga sarat makna dan filosofi. Tentunya jika dapat kita renungkan akan membuat kita menjadi manusia yang lebih baik.
(Sumber: Badanbahasa.kemdikbud.go.id)
Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah dan akan kembali pada fitrahnya. Filosofi ini terkandung pada jenis jamu.....