Post-Test (Teks Cerita Pendek) Kelas 9

Post-Test (Teks Cerita Pendek) Kelas 9

9th Grade

25 Qs

quiz-placeholder

Similar activities

CERPEN MENUAI EMAS

CERPEN MENUAI EMAS

5th - 10th Grade

20 Qs

Asesmen Cerita Pendek Kelas 9

Asesmen Cerita Pendek Kelas 9

9th Grade

20 Qs

LATIHAN SOAL

LATIHAN SOAL

9th Grade

20 Qs

Bahasa Melayu Tingkatan 3

Bahasa Melayu Tingkatan 3

9th Grade

20 Qs

PROPOSAL - BAHASA INDONESIA

PROPOSAL - BAHASA INDONESIA

9th - 12th Grade

20 Qs

CERPEN SEKEPING TANAH

CERPEN SEKEPING TANAH

9th Grade

20 Qs

Bahasa Indonesia Kelas IX

Bahasa Indonesia Kelas IX

9th Grade

20 Qs

UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK

UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK

9th Grade

20 Qs

Post-Test (Teks Cerita Pendek) Kelas 9

Post-Test (Teks Cerita Pendek) Kelas 9

Assessment

Quiz

Other

9th Grade

Medium

Created by

Ira Azhari

Used 52+ times

FREE Resource

25 questions

Show all answers

1.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 1 pt

Pada teks cerpen, pembaca dapat mengetahu karakter atau watak pelaku cerita dalam ...

Komplikasi

Abstrak

Orientasi

Evaluasi

2.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

1 min • 1 pt

Resolusi pada teks cerpen adalah tahapan di mana ...

Pengarang menghidupkan cerita dan meyakinkan pembaca

Berbagai kerumitan bermunculan

Konflik mencapai tingkat intensitas tertinggi

Konflik mencapai sebuah selesaian atau leraian

3.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 1 pt

“Kang, kita harus benar-benar pergi dari sini?” Tanya Siti Halimah di sela tangisnya.

“Tentu saja. Seperkasa apa pun perlawanan kita, ternyata tetap kalah melawan yang berkuasa. Kita ini hanya wong cilik, orang iskin,” sahut Karjan sembari melihat rumah Lik Paijan yang siap diruntuhkan.

Teriakan Lik Paijan masuh terdengar menyayat hati. Lelaki tua itu merebut tali yang mengikat seekor sapi miliknya. Wajahnya memerah seperti nyaris terbakar, suaranya melengking-lengking menolak pengosongan rumahnya. Tetapi, pelawanan Lik Paijan pun percuma saja. Beberapa petugas berbadan tegap mengangkat tubuhnya. Melihat itu, tangis Siti Halimah semakin pecah. Dia mendekap Satriya Piningit lebih erat.

“Akhirnya kita harus pergi dari rumah kita sendiri, Kang. Pergi dari kampong yang membesarkan kita,” ucap Siti Halimah getir.

“Iya, mau tak mau kita harus mengalah. Gusti Allah tidak tidur, Bune. Di tempat lain, semoga kita mendapat ladang rezeki yang lebih baik lagi,” ujar Karjan.


Tema yang terdapat dalam kutipan cerpen tersebut adalah ….

Sosial

Politik

Pendidikan

Agama

4.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 1 pt

“Kang, kita harus benar-benar pergi dari sini?” Tanya Siti Halimah di sela tangisnya.

“Tentu saja. Seperkasa apa pun perlawanan kita, ternyata tetap kalah melawan yang berkuasa. Kita ini hanya wong cilik, orang iskin,” sahut Karjan sembari melihat rumah Lik Paijan yang siap diruntuhkan.

Teriakan Lik Paijan masuh terdengar menyayat hati. Lelaki tua itu merebut tali yang mengikat seekor sapi miliknya. Wajahnya memerah seperti nyaris terbakar, suaranya melengking-lengking menolak pengosongan rumahnya. Tetapi, pelawanan Lik Paijan pun percuma saja. Beberapa petugas berbadan tegap mengangkat tubuhnya. Melihat itu, tangis Siti Halimah semakin pecah. Dia mendekap Satriya Piningit lebih erat.

“Akhirnya kita harus pergi dari rumah kita sendiri, Kang. Pergi dari kampong yang membesarkan kita,” ucap Siti Halimah getir.

“Iya, mau tak mau kita harus mengalah. Gusti Allah tidak tidur, Bune. Di tempat lain, semoga kita mendapat ladang rezeki yang lebih baik lagi,” ujar Karjan.


Latar suasana yang tergambar dalam kutipan cerpen tersebut adalah ….

Menakutkan

Mengenaskan

Mengharukan

Menegangkan

5.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 1 pt

“Kang, kita harus benar-benar pergi dari sini?” Tanya Siti Halimah di sela tangisnya.

“Tentu saja. Seperkasa apa pun perlawanan kita, ternyata tetap kalah melawan yang berkuasa. Kita ini hanya wong cilik, orang iskin,” sahut Karjan sembari melihat rumah Lik Paijan yang siap diruntuhkan.

Teriakan Lik Paijan masuh terdengar menyayat hati. Lelaki tua itu merebut tali yang mengikat seekor sapi miliknya. Wajahnya memerah seperti nyaris terbakar, suaranya melengking-lengking menolak pengosongan rumahnya. Tetapi, pelawanan Lik Paijan pun percuma saja. Beberapa petugas berbadan tegap mengangkat tubuhnya. Melihat itu, tangis Siti Halimah semakin pecah. Dia mendekap Satriya Piningit lebih erat.

“Akhirnya kita harus pergi dari rumah kita sendiri, Kang. Pergi dari kampong yang membesarkan kita,” ucap Siti Halimah getir.

“Iya, mau tak mau kita harus mengalah. Gusti Allah tidak tidur, Bune. Di tempat lain, semoga kita mendapat ladang rezeki yang lebih baik lagi,” ujar Karjan.


Sudut pandang dalam kutipan cerpen tersebut adalah ….

Orang pertama tunggal

Orang ketiga tunggal

Orang ketiga jamak

Campuran

6.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

3 mins • 1 pt

“Kang, kita harus benar-benar pergi dari sini?” Tanya Siti Halimah di sela tangisnya.

“Tentu saja. Seperkasa apa pun perlawanan kita, ternyata tetap kalah melawan yang berkuasa. Kita ini hanya wong cilik, orang iskin,” sahut Karjan sembari melihat rumah Lik Paijan yang siap diruntuhkan.

Teriakan Lik Paijan masuh terdengar menyayat hati. Lelaki tua itu merebut tali yang mengikat seekor sapi miliknya. Wajahnya memerah seperti nyaris terbakar, suaranya melengking-lengking menolak pengosongan rumahnya. Tetapi, pelawanan Lik Paijan pun percuma saja. Beberapa petugas berbadan tegap mengangkat tubuhnya. Melihat itu, tangis Siti Halimah semakin pecah. Dia mendekap Satriya Piningit lebih erat.

“Akhirnya kita harus pergi dari rumah kita sendiri, Kang. Pergi dari kampong yang membesarkan kita,” ucap Siti Halimah getir.

“Iya, mau tak mau kita harus mengalah. Gusti Allah tidak tidur, Bune. Di tempat lain, semoga kita mendapat ladang rezeki yang lebih baik lagi,” ujar Karjan.


Watak tokoh Karjan dalam kutipan cerpen tersebut adalah ….

Mudah pasrah

Mudah mengalah

Mudah menangis

Mudah menyerah

7.

MULTIPLE CHOICE QUESTION

2 mins • 1 pt

Kelihatan seorang kakek berjalan bersama cucunya seorang gadis belia yang cantik. Mereka duduk di bawah pohon yang rindang. Gadis itu meminta kakeknya menceritakan riwayat hidupnya, siapa sebenarnya kedua orang tuanya dan di mana mereka sekarang. Sang kakek terdiam sebentar, kemudian mulailah ia bercerita. “Delapan belas tahun yang lalu, seorang pemuda kota berjalan-jalan ke desa ini. Ia terpikat gadis cantik bunga desa ini, dan mereka pun menikah. Gadis cantik itu adalah putri kakek satu-satunya.


Latar tempat pada cerita di atas adalah...

di bawah pohon rindang.

di perkampungan.

di hutan rimba.

di jalan pedasaan.

Create a free account and access millions of resources

Create resources

Host any resource

Get auto-graded reports

Google

Continue with Google

Email

Continue with Email

Classlink

Continue with Classlink

Clever

Continue with Clever

or continue with

Microsoft

Microsoft

Apple

Apple

Others

Others

By signing up, you agree to our Terms of Service & Privacy Policy

Already have an account?