Bacalah kutipan novel berikut!
1. “Ehm...ehm... saya mendalami kaligrafi, Tad... ehm dan perlu ke Ponorogo untuk tambah alat...” Kalimat yang sudah aku bayangkan tadi berantakan di bawah sorot mata Ustad Torik yang bikin ngilu.
2. “Kamu ngomong apa? Bicara yang jelas, lihat mata saya!” potongnya. Matanya yang dalam meroncong dalam.
3. Aku mengengkat muka, walau ngeri, aku coba pandang mukanya, hanya sampai pada bagian jenggot. Matanya terlalu tajam. Dengan susah payah aku coba kembali susun kalimat di kepala.
4. “Ustad, saya mau beli kalam kaligrafi di kota karena di sini tidak ada....” “Tidak mungkin. Saya juga kaligrafer, semua alat tersedia di sini,” katanya memotong cepat.
5. “Tapi...tapi.... kalam yang ada hanya untuk kaligrafi biasa. Saya ingin mencoba kaligrafi khouf yang penuh garis-garis dan hiasan daun, Tad. Lebih dibutuhkan sepidol tebal tipis dan penggaris dibandingkan kalam biasa,” belaku.
(Negeri 5 Menara, A. Fuadi)
Watak ustad yang tegas diungkapkan melalui ....
A. D.
B. E.
C.